Kabar tidak sedap itu berhembus dari Gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, sekitar pukul 17.30 WIB, Senin, (13/12). Orang nomor satu di Kota Bekasi, Mochtar Mohamad resmi ditahan di Rutan Selemba.
Kabar tersebut langsung cepat menyebar, berita-berita di Media Online diburu, ditautkan ke Facebook, Twiter dan media sosial lainnya. Dalam sekejap kabar ditangkapnya Walikota Bekasi menjadi topik hangat, mulai dari cafe-cafe sampai warung kopi kaki lima pinggir jalan. Tentunya paling panas di kalangan PNS (Pegawai Negeri Sipil), politisi, aktivis dan para jurnalis. Kabar ini ditanggapi beragam, ada yang muram ada juga yang bersorak riang. Tiba-tiba Bekasi menjadi terasa mencekam.
Tentu saja tidak ada yang menyangka jika politisi asal PDI Perjuangan ini akhirnya bisa bertekuk lutut di bawah kaki KPK. Tidak berlebihan, Mochtar dikenal sebagai selebritis politik yang dekat dengan para petinggi lintas partai. Di kalangan wartawan dan aktivis dia dikenal royal. Dimata masyarakat Mochtar dikenal sebagai sosok yang hangat dan merakyat. Namun dunia politik tidak mengenal kebaikan tunggal, selalu saja ada pihak yang memandang Mochtar sebagai sosok yang dipenuhi keburukan.
Mochtar memang dikenal sebagai politisi yang gemar membangun citra, namun tidak hanya sekedar aksesoris semata. Mochtar membuktikan dengan kerja, meskipun dia “Ngoboi” dan nyaris menerabas rambu-rambu yang akhirnya mebelitnya dalam masalah. Menurut Mochtar dalam sebuah kesempatan, apa yang dilakukannya selama ini adalah demi Kota Bekasi.
Jika anda pernah berkunjung ke Kota Bekasi sebelum tahun 2008 dan kembali lagi saat ini, maka terasa sekali perubahan yang terjadi di Kota ini. Jalan-jalan menjadi lebar, taman-taman kota tertata apik dan resik. Yang luar biasa, Mochtar mampu menyulap predikat Kota Bekasi dari Kota Terkotor menjadi kota terbersih dan berhasil menyabet piala bergengsi Adipura.
Sejak memenangkan Pilkada langsung pertama 2007, di Kota Bekasi. Mochtar Mohamad bertekad untuk menjadikan kota Bekasi meraih Adipura. Program pertamanya, adalah menyatukan visi masyarakat untuk meraih adipura. Setelah dilantik menjadi Walikota Bekasi pada 10 Maret 2008, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-11 Kota Bekasi. Mochtar Mohamad mencanangkan Kota Bekasi untuk meraih Adipura. Berbagai program dilaksanakan dan beberapa titik yang kotor dibersihkan.
Tidak hanya di jajaran Pemkot Bekasi saja, tetapi juga menjalar ke masyarakat, menjadi gerakan masif untuk meraih Adipura. Setiap hari Sabtu, seluruh karyawan Pemkot dikerahkan untuk bersih-bersih di berbagai sudut kota, begitu pula masyarakat digugah untuk selalu peduli lingkungannya.
Dengan visi “Kota Bekasi Cerdas, Sehat dan Ihsan”. Politisi yang sering disapa “Babeh M2” ini, merubah beberapa ruas jalan yang kumuh dari para PKL (pedagang kaki lima) dan pasar yang kotor untuk dibersihkan. Awalnya, memang mendapat kritik dan kecaman dari berbagai kalangan masyarakat, tak terkecuali anggota DPR. Namun tekad kuat untuk menjadikan kota Bekasi yang bersih dan nyaman, tidak sedikit pun membuat gentar politisi asal Gorontalo ini mundur dari cita-citanya.
“Jika kota bersih, maka masyarakat pun dengan sendirinya sehat. Investor akan datang. Peluang kesejahteraan masyarakat akan meningkat” ungkap Mochtar, dalam suatu perbincangan.
Dua tahun kepemimpinannya, Mochtar Mohamad telah meraih berbagai prestasi dan penghargaan. Dari mulai hadiah MURI atas gerakan kantin kejujuran di hampir 617 sekolah, penghargaan Menteri Keuangan Sri Mulyani atas prestasi pengelolaan keuangan daerah dan peningkatan PAD, penghargaan dari Menteri Sosial atas peningkatan kesejahteraan dan terbukanya lapangan pekerjaan. Masih banyak penghargaan dan prestasi suami dari Hj. Sumiati ini.
Mochtar juga berhasil menyulap TPA Bantargebang sebagai tempat yang dapat menghidupi rakyat Bekasi, dari pemulung hingga penambahan PAD Pemkot Bekasi. Di ranah birokrasi Mohamad melakukan penguatan birokrasi dan mendorong kreatifitas serta berbagai inovasi bagi PNS untuk bekerja melayani rakyat. Terbukti dirinya melahirkan pemikiran tentang fit and proper test melalui sistem penilaian Multi Stage Random (MSG) bagi para PNS di lingkungan Pemkot Bekasi.
Berbagai terobosan pun lahir dari kepemimpinannya. Pendidikan gratis dan kesehatan gratis, yang selama ini sulit diimplementasikan. Dengan tangan dinginnya, di Kota Bekasi dapat terwujud.
“Di Kota Bekasi, suatu saat tidak boleh ada lagi orang tidak sekolah karena tidak punya uang. Atau orang meninggal karena telat ke dokter. Ini merupakan hak dasar warga” ujar politisi yang masih sering berbaur dengan warga ini.
Selain kepemimpinan yang visioner. Mochtar juga menerapkan kepemimpinan akomodatif dan profesional. Karena dalam kamus hidupnya, musuh itu harus dirangkul dan memberi itu selain ibadah adalah hal utama dalam hidupnya.
“Sebaik-baik orang adalah orang yang memberi jalan hidup bagi orang lain. Berikanlah sedekah, dan kebaikan kepada siapa pun” tutur Mochtar sambil menyitir beberapa hadits dan ayat Alquran.
Namun semua bangunan yang dia rancang tiba-tiba ambruk secara bergantian. Mulai dari hantaman konflik sosial “Patung Tiga Mojang”, konflik sosial bernuasan SARA “Kasus HKBP”. Disusul kemudian ditangkapnnya dua pejabat Pemkot Bekasi yang melakukan penyuapan auditor BPK untuk mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian yang menyeret Sekda Kota Bekasi ke tahanan. Dalam beberapa kali persidangan, nama Mochtar disebut-sebut sebagai orang yang memberi perintah atas penyuapan tersebut. Namun, tidak pernah terbukti.
Tanggal 15 November 2010 saat pembacaan Vonis Sekda Kota Bekasi, selang dua jam kemudian KPK mengeluarkan steatmen yang mengejutkan bahwa Mochtar ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan tiga kasus korupsi.
Pertama, Mochtar diduga melakukan pengumpulan uang dari para kepala dinas untuk suap pemenangan penghargaan Adipura 2010. Kedua, dengan modusnya yang sama Mochtar juga mengumpulkan dana partisipasi dari kepala dinas untuk percepatan APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 2010. Dan ketiga, Mocktar diduga menyelewengkan dana APBD 2009 untuk membantu menyelesaikan pembayaran kredit multiguna pribadinya.
Penahanan terhadap Mochtar tidak lepas dari kepentingan politik. Mochtar hanya dijadikan tumbal dari perseteruan PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. Penetapan Mochtar sebagai tersangka terkesan sangat mendadak dan tergesa-gesa, pada saat Mochtar tidak terbukti melakukan kesalahan dalam kasus yang melibatkan Sekda Kota Bekasi. Namun Mochtar dibidik dengan kasus yang mencederai hati masyarakat Bekasi, yakni Adipura.
Gelombang protes dan pembelaan terhadap Mochtar terus mengalir dan berdatangan dari berbagai element. KPK dianggap terlampau gegabah dalam penetapan Mochtar sebagai tersangka. KPK telah melakukan kriminalisasi dari kasus Mochtar.
Kini Bekasi mencekam, entah apa yang akan terjadi dalam hari-hari selanjutnya. Yang pasti, belum ada kepemimpinan setangguh dan sekuat Mochtar yang telah berhasil melakukan gebrakan di berbagai sisi. Rakyat menangisi kejadian ini. Walikotaku Sayang, Walikotaku malang.
20 Mar 2012
Walikotaku Sayang, Walikotaku Malang
Posting Komentar